IDNSaham.com, Jakarta 26 Januari 2024 – PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) mengumumkan rencana untuk melakukan penyesuaian tingkat suku bunga kredit (repricing) di kuartal pertama tahun 2024 ini. Repricing Kredit BCA 2024 ini dilakukan sebagai respons terhadap tekanan dari tingginya suku bunga acuan yang dipengaruhi oleh kebijakan The Fed.
Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan bahwa repricing diperlukan untuk menjaga profitabilitas dan kesehatan bank. Dia menambahkan bahwa penyesuaian suku bunga kredit tidak akan terlalu besar dan tetap memperhatikan kemampuan dunia usaha untuk menyerapnya.
“Meskipun [perubahan tingkat bunga] tidak terlalu berpengaruh, yang lebih penting adalah dunia usaha bisa beradaptasi dan terus berjalan serta kita bisa mendukung perkembangan bisnis di Indonesia,” katanya dalam Paparan Kinerja 2023, Kamis (25/1/2024).
Mengikuti Kebijakan The Fed dan BI
Jahja mengulas situasi suku bunga dunia yang saat ini masih rendah akibat kebijakan The Fed yang terus melakukan stimulus moneter untuk mengatasi dampak pandemi Covid-19. Dia memperkirakan bahwa The Fed tidak akan mengubah suku bunga dasarnya sampai kuartal dua tahun 2024.
Dengan begitu, suku bunga dasar Bank Indonesia (BI) juga akan mengikuti kebijakan yang serupa. Hal ini memberikan tantangan bagi BCA jika tidak melakukan penyesuaian suku bunga kredit. Pasalnya, suku bunga kredit BCA saat ini masih lebih rendah dari suku bunga acuan BI.
“Kita perlu menyesuaikan tingkat bunga kredit dengan suku bunga acuan, jika tidak kita akan merugi. Kita harus menyesuaikan diri dengan kondisi pasar,” tuturnya.
Alasan Tidak Repricing di Tahun 2023
Jahja juga membahas alasan di balik pilihan BCA untuk tidak melakukan repricing di tahun 2023. Ia mengatakan, keputusan itu berdasarkan pada pertimbangan keuntungan dan kenyataan bahwa saat itu BCA memiliki simpanan yang cukup besar yang bisa digunakan untuk menanggulangi kenaikan suku bunga BI.
Untuk menghadapi kondisi itu, BCA memiliki sumber pendanaan yang cukup dari Obligasi FR (Fixed Rate) dan Surat Berharga Negara (SBN). Kedua instrumen ini memiliki suku bunga yang lebih rendah dari suku bunga acuan BI.
“Sumber pendanaan saat itu cukup besar, sehingga bank BCA di tahun 2023 tidak merasa perlu melakukan perubahan tingkat bunga kredit,” ujar dia.”
Kinerja BCA di Tahun 2023
Untuk informasi, BCA berhasil mencatat kinerja bagus di tahun 2023. Laba bersih BCA meningkat 19,4% menjadi Rp48,6 triliun secara tahunan (year-on-year/yoy). Pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) BCA yang naik 17,5% YoY menjadi Rp75,4 triliun sepanjang 2023 juga menopang kenaikan laba.
Seiring dengan pertumbuhan laba, laju kredit perusahaan juga meningkat 13,9% secara tahunan menjadi Rp810,4 triliun. Sedangkan, dari sisi pendanaan, total dana pihak ketiga (DPK) naik 6,0% YoY mencapai Rp1.102 triliun, yang mendorong naiknya total aset BCA sebesar 7,1% YoY menjadi Rp1.408 triliun. Dana giro dan tabungan (CASA) berkontribusi sekitar 80% dari total DPK.