IDNSaham, Jakarta 27 Januari 2024 – PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) merupakan salah satu perusahaan asuransi umum terkemuka di Indonesia. Perusahaan ini merupakan anak usaha dari PT Pertamina (Persero), BUMN yang bergerak di bidang energi.
TUGU menunjukkan kinerja bisnis yang mengesankan sepanjang tahun 2023. Perusahaan ini berhasil melampaui capaian industri asuransi umum dan reasuransi yang juga mengalami pertumbuhan positif.
Lampaui Industri, TUGU Catat Pertumbuhan Aset dan Investasi Tinggi
Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), total aset industri asuransi dan reasuransi mencapai Rp 244 triliun per akhir triwulan III-2023. Angka ini naik enam persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2022.
Pertumbuhan aset industri juga didorong oleh kenaikan nilai investasi yang mencapai Rp118 triliun, atau tumbuh 8,7 persen secara tahunan. Selain itu, modal industri asuransi dan reasuransi juga meningkat 7,7 persen, menjadi Rp83 triliun.
Hingga akhir September 2023, terdapat 72 perusahaan asuransi umum dan tujuh perusahaan reasuransi yang beroperasi di Indonesia. Di antara para pemain tersebut, TUGU menempati posisi yang istimewa.
Hanya induk perusahaan yang memiliki aset TUGU sebesar Rp15,3 triliun pada akhir bulan September tahun 2023. Jumlah ini meningkat 18,6 persen dibandingkan dengan Rp12,9 triliun pada akhir September 2022.
Pertumbuhan aset TUGU jauh lebih tinggi dari pertumbuhan industri. Hal ini membuat pangsa pasar TUGU dari sisi aset naik dari 6,6 persen menjadi 7,4 persen.
TUGU juga mencatat pertumbuhan nilai investasi yang luar biasa.
Nilai investasi TUGU (induk) per akhir September 2023 tercatat sebesar Rp7,9 triliun dalam laporan keuangan TUGU. Jumlah ini naik 38,6 persen dari Rp5,9 triliun pada periode yang sama di tahun 2022.
TUGU Raih Profitabilitas Lebih Tinggi dari Industri
Tidak hanya dari sisi pertumbuhan, TUGU juga unggul dari sisi profitabilitas. Perusahaan ini mencatat rasio profitabilitas yang lebih tinggi dari industri.
Rasio profitabilitas adalah ukuran yang menunjukkan seberapa efisien perusahaan menghasilkan laba dari modal dan aset yang dimilikinya. Rasio profitabilitas yang sering digunakan adalah return on equity (ROE) dan return on assets (ROA).
ROE adalah rasio yang mengukur laba bersih yang dihasilkan perusahaan terhadap modal yang dimiliki. ROA adalah rasio yang mengukur laba bersih yang dihasilkan perusahaan terhadap aset yang dimiliki.
Nilai ROE dan ROA industri asuransi dan reasuransi mencapai 7,9 persen dan 2,9 persen. Sementara itu, ROE dan ROA TUGU (induk) mencapai 17 persen dan 7 persen.
Sarkia, Analis Panin Sekuritas, mengatakan pada Jumat (26/1/2024) bahwa rasio profitabilitas TUGU meningkat karena laba bersih yang tumbuh signifikan dan jauh melebihi peers. Hal ini juga didukung oleh kenaikan market share premi dan efisiensi operasional di induk dan anak usaha.
TUGU Miliki Modal Tebal dan RBC Tinggi
Selain pertumbuhan dan profitabilitas, TUGU juga memiliki keunggulan dari sisi permodalan. Permodalan adalah sumber dana yang digunakan perusahaan untuk menjalankan usahanya.
Permodalan yang tebal menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang kuat untuk menanggung risiko yang mungkin timbul dari usahanya. Permodalan yang tebal juga menunjukkan bahwa perusahaan memiliki potensi untuk berkembang lebih besar.
Salah satu ukuran permodalan yang digunakan di industri asuransi adalah risk based capital (RBC). RBC adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan asuransi untuk menanggung risiko yang melekat pada aset dan kewajiban yang dimilikinya.
RBC yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan asuransi memiliki modal yang cukup untuk menanggung risiko yang ada. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menetapkan ketentuan minimal RBC sebesar 120 persen.
Nilai ekuitas konsolidasian TUGU mencapai Rp24 triliun, hampir menyentuh angka tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa modal TUGU sangat tebal dan kuat. Nilai ini jauh lebih besar dari modal industri asuransi dan reasuransi yang hanya Rp83 triliun.
TUGU juga memiliki RBC yang tinggi. Nilai RBC TUGU (induk) mencapai 570 persen per akhir triwulan III-2023. Nilai ini jauh lebih tinggi dari RBC industri yang rata-rata hanya sekitar 300 persen.
Sarkia mengungkapkan bahwa modal yang solid membuat TUGU lebih mampu menangani risiko yang ada. “Modal TUGU sangat kuat, sehingga mampu menghadapi risiko dengan lebih baik,” ujarnya.
TUGU Optimis Kinerja dan Prospek Bisnis Tetap Positif
TUGU optimis bahwa kinerja bisnisnya hingga akhir 2023 masih dapat tumbuh. Perusahaan ini juga yakin bahwa prospek bisnisnya di tahun 2024 tetap positif.
TUGU memiliki berbagai strategi untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja bisnisnya. Salah satunya adalah dengan melakukan digitalisasi dan efisiensi.
Digitalisasi adalah proses transformasi bisnis dengan menggunakan teknologi digital. Digitalisasi dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kualitas layanan.
Efisiensi adalah proses pengelolaan sumber daya dengan optimal. Efisiensi dapat membantu perusahaan untuk mengurangi biaya operasional, meningkatkan margin, dan menghasilkan laba lebih besar.
Selain digitalisasi dan efisiensi, TUGU juga berencana untuk melakukan ekspansi ke segmen non-captive. Segmen non-captive adalah segmen pasar yang tidak terikat dengan induk usaha atau grup usaha tertentu.
Segmen non-captive memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan pendapatan dan laba perusahaan. Segmen non-captive juga dapat membantu perusahaan untuk diversifikasi portofolio dan mengurangi ketergantungan pada segmen captive.
Segmen captive adalah segmen pasar yang terikat dengan induk usaha atau grup usaha tertentu. Segmen captive biasanya memiliki loyalitas yang tinggi, tetapi juga memiliki risiko yang tinggi.
TUGU memiliki segmen captive yang kuat, yaitu PT Pertamina (Persero) dan grup usahanya. TUGU juga memiliki segmen non-captive yang berkembang, yaitu sektor energi, infrastruktur, transportasi, dan lain-lain.
Dengan berbagai strategi yang dijalankan, TUGU berharap dapat kembali melampaui industri asuransi umum dan reasuransi di tahun 2024.